Ketika mentari melihatmu apakah kamu juga melihatnya? Waktu mengawasimu, mengaturmu dengan uraian roda-roda masa depan. Sementara hidup terus mengejarmu, terus mendesak langkah-langkahmu! Akankah kamu diam menyaksikan tuntutan menghabisimu? Atau kamu sangsi dan menyegerakan diri untuk berlari mempertahankankan hidup yang murni?
Hidup tak sekedar hidup, tidak hanya bernafas, makan, minum, dan melakukan hal-hal yang menurut mereka adalah kehidupan. Sementara jiwa mereka kaku, terikat dan pasrah pada waktu keadaan yang ada. Karena bagiku hidup adalah ketika aku mampu menafkahi ciptaanku, memberi nafas untuk hasratku agar terus bergerak dan melaju. Mereka yang mengatakan dirinya hidup dan mengikatkan butiran manik yang pernah mengikat leher nenek moyangnya, tidak lebih dari mayat yang menumpang hidup. Pemikirannya selalu dibatasi ketakutan-ketakutan semu dan kutukan khayalan yang memboikot harapan mereka sendiri.
Aku ingin hidup!... hidup atas keinginanku sendiri. Memilih udara sendiri untuk ku hirup, bukan udara yang dicemari peraturan dan membuat paru-paruku tertekan. Sedangkan kamu dan semua kemunafikan adalah kematian bagiku, karena kamu terlihat puas dengan pencapaianmu sekarang (sebuah hasil yang teraih dibawah tangan yang menjadikanmu seolah susunan yang terbentuk orang-orang egois disekelilingmu). Segala sesuatu yang mengaturku berasal dari diriku. Aku tak punya bagian kecuali mereka yang membagi hidupnya untuk hidupku. Hidup menjadikan diriku yang ingin hidup. Bebas bergerak tanpa rambu-rambu yang menghentikan aku. Merangsang cahaya terang diatas kepalaku, terbang telanjang menggerayangi langit dan bumi yang ada dalam genggamanku.
Copyright (c) 2010 IDEOLOGI SIKAP OTAK. Design by Wordpress Themes Park
0 komentar:
Post a Comment