Pages

Tuesday 23 August 2011

SURAT CINTA ABDOELLAH SOETOWIJONO BUAT MARIE LIEVE

Batavia , 20 May 1928.


Mary Lieve ,



terbajang dalam benakkoe, kanal -kanal ketjil jang mengalirkan air dengan tenangnja di depan roemah Opa dan Oma , sampaikan salam rindoekoe
kepadanja. Djoega tak segan hamba kembali menjampaikan rasa rindoe hati kepadamoe Djoewitakoe .

Dinda adalah kekasih tambatan hati... Boenga Toelipkoe jang mekar abadi dalam sanoebari.

Maria, soelit oentoek menggambarkan
soeasana hatikoe saat ini. Ditengah
euforia bangsakoe jang memekik -pekikan salam perdjoeangan bagi kaoem kami Kaoem Boemipoetera.
Tahoekah engko wahai Mary lieve, hari ini
seloeroeh Pemoeda Boemipoetera sedang mengadakan seboeah
Congress besar jang mempertemoekan kami semoea sebagai seroempoen persodaraan Indonesia Raja. Akoe
bertemoe dengan saoedara-2 koe dari Jong Soematra hingga Jong Tjilebes, kami dipertemoekan oleh tekad jang sama
Seboeah Toempah Darah Jang
Merdeka , kami diikat oleh tjinta jang sama, Tjinta Kami Kepada Tanah Air Poesaka. Akoe sendiri pertjaja dan penoeh jakin bahwa pada achirnja kami akan memiliki seboeah Negeri Merdeka jang kami bangoen dengan tjinta dan pengorbanan . Saatnja soedah dekat Mary Lieve , meski hamba
poen tidak dapat memastikan kapan terdjadinja setjara persis.

Laloe bagaimana dengan hoeboengan tjinta kita bila kelak Indonesia Raja merdeka ?

Hamba mencintamoe Maria, sejakin dan setoeloesnja . Begitoepoen hamba pertjaja kepada tjinta kasihmoe
kepadakoe . Tjinta dan kasih hamba kepada bangsakoe , adalah setara, sama sebangoen dengan tjintakoe
kepadamoe. Seperti engko jang tidak memperdoelikan warna koelitkoe , hambapoen tidak memperdoelikan warna koelitmoe, kita disatoekan oleh
tjinta jang koedoes , soetji , tiada noeda .

Dan kita rasanja haroes memperjoengkan karoenia itoe semaksimal moengkin. Hamba , sama seperti
harapanmoe, joega bermimpi, bahwa anak- anak kecil jang berlarian diberanda roemah kita adalah perpadoean dari kita .. .. prasasti tjinta kita !

Hamba tidak pernah membentji
bangsamoe Maria, tidak djoega akoe bentji Papa dan Mamamoe. ...
Akoe hanja menjalankan kewadjiban soetjikoe oentoek menegakan harga diri bangsakoe . Hal jang sama koerasa
dengan pikiran teman -teman
seperdjoeangankoe dari seloeroeh
Noesantara. Akoe membentji
pendjadjahan, colonialism oleh
siapapoen . Kini bangsakoe didjadjah oleh bangsa jang menjadi iboemoe ,
hamba menentangnja , melawannja!

Tetapi sesoenggoehnja hamba tidak sedikitpoen bentji kepada Holand sebagai bangsa !

Maka Maria, hamba kini sangat
merindoekan saat bendera bangsa
hamba berkibar di langit lepas , sebagai pertanda merdekanja bangsakoe dari belenggoe pendjadjahan, sebagai
prasasti bagi bangkitnja harga diri .

Namoen begitoe, hambapoen sangat rindoe oentoek menjempoet moe di
kaki kapal jang membawamoe kembali dari Holand , ke negeri baroe tempatmoe doeloe dilahirkan, negeri
jang telah merdeka , negerimoe joega ; Indonesia Raja!

Mary lieve, negeri jang sedang kami
perdjoengkan adalah negeri jang
dibangoen oentoek tidak membentji siapapoen djoega ... Negeri jang kelak
boleh menjemaikan tjinta kasih boeat seloeroeh insan .



Salam kangen dari hamba
oentoekmoe seorang.


Abdoellah Soetowijono




catatanku :

"Negara , Cinta dan colonilism"
Penjajahan anti cinta ada kematian ..

Kebangkitan adalah karena Cinta ada kehidupan ...

0 komentar:

Post a Comment