Pages

Thursday, 7 April 2011

HAI KAWAN.......

Kawan, Sudah tahun baru lagi

Belum juga tibakah saatnya kita menunduk
Memandang diri sendiri

Bercermin firman Tuhan
Sebelum kita dihisabNya

Kawan,Siapakah kita ini sebenarnya

Musliminkah
Mukminin
Muttaqin
Khalifah Allah
Umat Muhammadkah kita?
Khaira Ummatinkah kita?
Atau kita sama saja dengan makhluk lain
Atau bahkan lebih rendah lagi
Hanya budak-budak perut dan kelamin

Iman kita kepada Allah dan yang ghaib Rasanya lebih tipis dari uang kertas ribuan
Lebih pipih dari kain rok perempuan

Betapa pun tersiksa
Kita khusyuk di depan massa
Dan tiba-tiba buas dan binal
Justru di saat sendiri bersamaNya

Syahadat kita rasanya seperti perut bedug
Atau pernyataan setia pegawai rendahan saja

"Kosong tak berdaya"

Shalat kita rasanya lebih buruk dari pada senam ibu-ibu
Lebih cepat dari pada menghirup kopi panas
Dan lebih ramai dari pada lamunan seribu anak muda(Doa kita sesudahnya jauh lebih serius
Kita memohon hidup enak didunia dan bahagia di sorga)

Puasa kita rasanya sekedar mengubah jadwal Makan-minum dan saat istirahat
Tanpa menggeser acara buat syahwat
Ketika datang lapar atau haus
Kita pun manggut-manggut:

" O, berginikah rasanya …"
Dan kita sudah merasa Memikirkan saudara-saudara kita yang melarat

Zakat kita jauh lebih berat terasa Dibanding tukang becak melepas penghasilannya
Untuk kupon undian yang sia-sia
Kalaupun terkeluarkan harapanpun tanpa ukuran Hubaya-hubaya Tuhan menggantinya berlipat ganda

Haji kita tak ubahnya tamasya menghibur diri
Mencari pengalaman spiritual dan material
Membuang uang kecil dan dosa besar Lalu pulang membawa label suci Asli made in Saudi:
" Haji "

Kawan, lalu bagaimana bilamana dan berapa lama Kita bersamaNya?

Atau kita justru sibuk menjalankan tugas
Mengatur bumi seisinya
Mensiasati dunia sebagai khalifahNya

Kawan, Tak terasa kita memang semakin pintar
Mungkin kedudukan kita sebagai khalifah Mempercepat proses kematangan kita
Paling tidak kita semakin pintar berdalih

Kita perkosa alam dan lingkungan
Demi ilmu pengetahuan

Kita berkelahi demi menegakkan kebenaran

Melacur dan menipu demi keselamatan

Memamerkan kekayaan demi mensyukuri kenikmatan

Memukul dan mencaci demi pendidikan

Berbuat semaunya demi kemerdekaan

Tidak berbuat apa-apa demi ketenteraman

Membiarkan kemunkaran demi kedamaian

Pendek kata demi semua yang baik
Halallah semua sampai pun yang paling tidak baik

Lalu bagaimana para cendekiawan dan seniman?

Para mubaligh dan kiai Penyambung lidah nabi?

Jangan ganggu mereka!

Para cendekiawan sedang memikirkan segalanya

Para seniman sedang merenungkan apa saja

Para mubaligh sedang sibuk berteriak ke mana-mana

Para kiai sedang sibuk berfatwadan berdoa

Para pemimpin sedang mengatur semuanya

Biarkan mereka di atas sana
Menikmati dan meratapi nasib dan persoalan mereka sendiri

Kawan, Selamat Tahun Baru
Belum juga tibakah saatnya Kita menunduk Memandang diri sendiri.

0 komentar:

Post a Comment