suatu ketika saya mencoba untuk
merasa
sabar...mengendalikannya
untuk tidak marah, kendatipun
rasa “nggrudel” marah itu masih
ada.
apakah saya sudah merasa
sabar?
ternyata tidak!
Ketika saya
merasa sudah sabar, saya
sebenarnya hanya menahan diri
untuk tidak emosi, belum
sesungguhnya menjadi orang
yang sabar. Karena itulah,
sekarang ini saya sedang
mencoba belajar untuk menjadi orang yang sabar tanpa
harus merasa bersabar.
Mencoba
yang demikian itu ternyata tidak
mudah, dan diperlukan sebuah
proses pelatihan yang panjang.
Menjadi sabar tanpa harus
merasa bersabar hanya bisa
terjadi kalau “sabar” itu sudah
menjadi sifat. Sedangkan sifat
seseorang itu akan dapat
berubah kalau melalui proses
pelatihan yang selalu berulang
berkali-kali.
Sabar sangat erat
kaitannya dengan ikhlas. Ikhlas
itu dapat diibaratkan seperti
sebuah pengorbanan mencintai
para putra-putri anda. Baik
ataupun buruk, anda akan tetap
mencintai tanpa merasa
terbebani. Atau seperti ketika
anda tanpa merasa terbebani
memberikan uang 500 perak
kepada pengamen jalanan. Tapi
ikhlaskah kalau memberi 1000
perak? Mungkin ikhlas tapi
dengan terpaksa karena adanya
uang kecil hanya uang 1000
perak. Dan juga sanggupkah
kalau mencintai para anak yatim
yang bukan anak anda, seperti
anda mencintai putra-putri
sendiri. Untuk itulah kita masih
harus belajar mengaji agama dan
filosofi spiritual. Kembali kepada
” sabar yang sebenarnya”
untuk
dapat mencapai sifat yang
demikian kita sudah harus
memulainya dengan belajar
mencapainya. Hal ini sebenarnya
bisa dimulai dengan menyikapi
dan memahami setiap kondisi
baik dan buruk yang membebani
perasaan kita, seperti halnya
dengan memahami tentang sifat
baik dan buruknya putra-putri
anda. Mengapa kita bisa dengan
mudah dan tanpa beban
memahami baik buruknya putra-
putri atau teman teman kita
sendiri. Jawabannya adalah
karena kita tahu persis setiap
sebab dan akibatnya serta latar
belakang mengenai baik dan
buruknya dan yang jelas adalah
keikhlasan kita untuk rela
berkorban.
Harus kita akui
dengan jujur, bahwa kesabaran
adalah hal yang paling sulit
ditegakkan dan kalau kita tidak
dapat bersabar dalam arti
sesungguhnya,bagaimana kita
akan ikhlas mau berkorban atau
memberi maaf atas kesalahan
orang kepada kita? Dengan
meminjam istilahnya Gus Dur :
“
memang mudah mengatakan
dalam bentuk kata-kata, tapi sulit
dilaksanakan, bukan ?”
Ya....
begitulah…!
Copyright (c) 2010 IDEOLOGI SIKAP OTAK. Design by Wordpress Themes Park
0 komentar:
Post a Comment