Pages

Thursday, 7 April 2011

MISKIN

BARANGKALI kalau ada doa dari Nabi Muhammad SAW yang tak populer zaman ini adalah "Allahumma ahyini miskinan waamitni miskinan wah syurni fizumratil masakin" (Ya Allah,hidupkan aku miskin. Matikan aku miskin. Dan kumpulkan aku(kelak di Padang Mahsyar) kedalam kelompok kaum miskin)

Miskin? Siapa suka!Boro-boro doa jadi miskin,harapan dapat rejeki tak kunjung kesampaian! Tetapi, itulah sebagian filosofi hidup yang diajarkan Nabi Muhammad kepada kita. Dan Nabi sendiri ternyata hidup dalam kondisi miskin.Ketika beliau wafat, tak ada harta yang diwariskan,bahkan konon masih menyisakan utang gadai kepada sejawatnya orang Yahudi.

Miskin adalah problematik kehidupan akibat kesenjangan sosial, penguasaan aset ekonomi,teknologi, dan pendidikan.

Orang-orang desa yang hidup di pegunungan, terutama di luar Pulau Jawa, yang tak pernah menikmati listrik, tak ada TV atau radio di rumah, sanggup berjalan kaki memikul beban naik-turun gunung, tak terasa miskin.Rutinitas kehidupan bersama yang mereka jalani, senasib sederajat, tak menimbulkan kesenjangan. Mereka senang,bahagia menikmati kehidupan bersahaja.

Ketika seorang kepala suku IrianJaya (Papua) diundang Presiden Soekarno ke Jakarta pada 1960-an, dia tersadar bahwa masyarakatnya di Papua miskin.

Menyaksikan Jakarta, mobil berseliweran di atas jalan beraspal, gedung tinggi, hotel tempat dia menginap gemerlap cahaya, beralas karpet empuk,dingin, menyenangkan. Dia lalu bertanya kepada wartawan,mengapa ini semua tak ada di Papua? Rakyat Papua miskin!

Ilustrasi - Dunia modern dengan perangkat teknologinya yang kapitalistik kini mendorong masyarakatnya berlomba merebut peluang. Siapa yang paling banyak memperoleh kesempatan dan dapat mengelola dengan baik, merekalah yang menguasai, kaya. Yang kalah bersaing tak kebagian apa pun,jatuh miskin.

Nabi mengajarkan kenaifan hidup? Jelas tidak. Ajaran doa jadi kaya, rezeki melimpah, banyak sekali. Ayat Al-Quran yang pertama kali turun (Iqra �) dan anjuran hadits untuk mencari ilmu sampai ke Negeri Cina mendorong etos keunggulan yang tinggi. Bahkan umatnya didorong untuk bersaing (istibaq)dalam kebaikan, termasuk bersaing dalam penguasaan aset ekonomi, teknologi, dan pendidikan. Lalu, mengapa Nabi mengajarkan doa jadi miskin?Itulah filosofi hidup yang mengutamakan keadilan. Siapapun boleh berusaha dan berharap jadi kaya, tetapi jangan rakus. Ibarat sebuah pertandingan --hidup adalah sebuah permainan (la'ibun walahwun)-- setiap persaingan akan menghasilkan menang dan kalah.Bagi yang menang, tunjukkan empati kepada yang kalah agar tetap punya harapan. Yang kalah jangan putus asa. Sebab, itulah satu-satunya modal agar yang kalah dapat bangkit kembali,sementara yang menang tidak rakus.

Berlakulah jujur untuk menang, sebab suatu kemenangan dengan cara perselingkuhan, manipulasi, atau korupsi hanya akan menimbulkan tuntutan perlakuan yang sama dari yang kalah. Kalau demikian yang terjadi, itu adalah anarki.

Tetapi, teknologi dan kapitalisme tak pernah memberi empati kepada yang kalah dan miskin.Makin modern kehidupan kita,makin kuat kecenderungan kapitalistik dan rakus teknologi,maka kesenjangan makin lebar.Manusia diganti robot dan mesin.

Awalnya muncul kecenderungan multinasional, kini tuntutannya global, tak lagi ada sekat. Yang miskin dan kalah terus digempur tanpa perlindungan.Dalam konteks seperti ini, doa yang diajarkan Nabi patut jadi bahan renungan. Jadi miskin tak berarti serba kekurangan dan mendorong keberingasan sosial.Jadi miskin adalah sikap hidup yang senantiasa memberi empati kepada yang miskin dan lemah.

Meski kita jadi kaya dan berlimpah harta, tak berarti apapun jika tak memberi kontribusi untuk mengangkat yang kalah dan jatuh miskin. Jika kita mendapat peluang dan mampu menguasai aset kehidupan, bukan karena dorongan sikap rakus dan tamak, melainkan karena empati kepada si miskin, untuk menanggung kehidupan ini bersama-sama.Para pejabat, pengusaha,konglomerat, politikus, atau para aparat dan semua orang kaya lainnya, yang mendapat kekayaan karena perselingkuhan,manipulasi, menipu, korupsi, dan curang, berarti tak menunjukkan empati kepada yang miskin.

Mereka akan jadi musuh kelompok miskin, sampai kelak ketika berkumpul di Padang Mahsyar, mereka terisolasi dari rombongan yang dipimpin Nabi Muhammad SAW. Sebab, seperti dalam hadits yang berisi doa tadi,Nabi akan selalu berpihak pada orang miskin, lemah, kalah, dan mereka yang berempati.

Perjuangan kaum miskin untuk mendapat keadilan tak berhenti ketika mereka masih hidup.Bahkan sesudah mati pun,mereka masih tetap akan"memberontak" kepada Tuhan.Mereka akan bersaksi kepada Tuhan, sejumlah orang kaya,pejabat, dan politisi berselingkuh,korupsi, dan curang.

Nah, kalau begitu, bacalah doa untuk jadi miskin seperti yang diajarkan Nabi agar tak kehilangan rasa empati dan tak rakus. Dan tak beringas dengan rasa iri dan dengki karena miskin dan kalah.

0 komentar:

Post a Comment